Problem Mentalitas Masyarakat dan Elit Timor Tengah Selatan Dalam Mewujudkan TTS Emas 2045

halaman8.com –

Penulis : Salomon Andreas Mesak Babys

Mewujudkan Indonesia Emas tidak terlepas dari terwujudnya kesejahteraan di daerah daerah propinsi dan kabupaten di seluruh Indonesia. Konsep tersebut memiliki kekslusif bahwa Indonesia emas adalah kondisi dimana seluruh masyarakat Indonesia pada seluruh lapisan pemerintah pusat, propinsi maupaun daerah mencapai kondisi kehidupan yang sejahtera.

Kondisi kesejahteraan daerah kabupaten dan propinsi dalam konsep Indonesia emas bukan berarti kesejahteraan diberikan dari pusat kepada daerah tetapi lebih pada daerah berkontribusi pada mewujudkan Indonesia Emas. Konsep inilah yang perlu dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat di seluruh daerah agar mulai berbenah dan saling berlomba memberikan sumbangannya pada peningkatan kesejahteraan masyarakat bangsa dan negara Indonesia agar Indonesia Emas itu menjadi realitas.

Lebih jauh Indonesia Emas juga bukan suatu kondisi dimana kesejahteraan itu turun dari langit atau diberikan oleh negara negara maju dan sejahterah melalui program kebaikan atau investasinya, tetapi merupakan hasil usaha bersama dari masyarakat Indonesia sendiri untuk mewujudkan suatu kondisi kesejahteraan pada semua lapisan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.

Mengacu pada konsep Indonesia emas yang partisipatoris ini, maka pembagunan apapun di negara bangsa ini harus benar benar lahir dari ide dan pemikiran masyarakat setempat dan merupakan hasil usaha dan pengumpulan modal bersama dari masyarakat setempat guna melaksankan pembangunan yang digagas bersama. demikian Indonesia emas yang benar benar bersupstansi dapa kesejahteraan rakyat dan masyarakat Indonesia

Sebagai uapaya mewujudkan Indonesia emas, maka pemerintah Timor Tengah selatan bersama masyarkaat perlu mengarah kepada perwujudan cita cita nasional tersebut, dimulai dari upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat setempat. Untuk mewujudkan kesejahteraan di kabupaten TTS sebagaimana diharapkan maka terdapat beberapa mentalitas yang harus dibenahi baik pada level elit pemerintah maupun masyarkat.

Beberapa mentalitas yang perlu dibenahi di daerah itu pada level elit yang pertama adalah mentalitas namkak. Sadar ataupun tidak Mentalitas namkak ini adalah mentalitas yang merugikan masyarakat, pemerintah dan bangsa atau negara. Mentalitas namkak oleh Omega Tahun adalah mentalitas elit yang bengong/ ternganga/ bodoh/bingung, tak bisa berpikir karena kehilangan akal. Konsep ini menunjukan elit yang hanya banyak berwacana memberikan discursus namun wacananya pun tidak bisa direalisasikan atau dikerjakan. Jika hal ini yang terjadi maka demikian tidak ada perubahan dan perkembangan, dan artinya tidak akan munkin melahirkan kemajuan yang berupa kesejahteraan dengan takaran kebahagiaan masyarakat.

Mentalitas namkak ini menurut saya lahir dari persolan mentalitas buruk elit yang kedua yakni mentalitas mabok. Dengan terjaringnya para elit dengan pengusaha minuman sopi dan miras lainnya menjadi penyebab mentalitas mabok dilaksanakan oleh para elit daerah itu. hal ini saya lihat sendiri ketika berada di daerah itu, bagaimana para elit di kabupaten ini memiliki hobbi minum mabok. Ini adalah rahasia umum, dan mabok adalah salah satu indikatordimana otak tidak bekerja dan kehilangan isi untuk berinovatif. Mabok adalalh penyebab para elit hanya tahu nampak, dan akibatnya pelayan public terganggu, APBD terganggu, daerah tidak bisa dibangun.

Ketiga mentalitas yang buruk dari para elit dan ini memiliki kaitan dengan dua mentalitas di atas adalah mentalitas irasionalitas yang tinggi. Mentalitas ini lahir dari budaya akademik yang lemah, budaya akademis yang lemah ini salah satu penyebabnya muncul dari literasi yang lema dan tidak berpihaknya para elit terhadap kepentingan pendidikan. Inilah penyebab atau akar dari mengapa elit itu cenderung melakukan Korup, Kolusi, dan Nepotisme. Akibatnya SDM yang ada di daerah tersebut tidak mencukupi dan mumpuni untuk melahirkan inovasi yang bisa dikembangkan oleh daerah tersebut menjadi daerah maju. Pembangunan berbasis ilmu pengetahuan tidak dipakai, hal ini dipengaruhi oleh budaya tidak menghormati para akademisi dalam berkontribusi pada daerahnya.

Hal ini terlihat dari penguasaan elit oleh para mantan birokrat, dan sulitnya akademisi diberi ruang untuk menjabat di daerah tersebut. Kepemimpinan pada jenjang karir di daerah tersebut tidak dipilih berdasarkan kapasitas melainkan kedekatan hubungan emosional kesukuan dan sesama birokrat. Demikian akademi yang baik dan potensial dicegal dalam ajang demokrasi dengan berbagai strategi politik uang atau sektarianisme berbasis suku, agama dan feodalisme.

Sedangkan mentalitas lain yang perlu dibenahi dari level atau kalangan masyarakat TTS adalah pertama mentalitas mabok; mentalitas mabok adlaah mentalitas yang tidak hanya melanda pada elit birokrat di daerah tersebut, tetapi juga pada masyarakat, hal ini membuat masyarkat TTS sangat pasif dan berinovasi dan menjadi kurang produktif. Bagi saya mentalitas mabok ini telah menjadi budaya dan ini sengaja diciptakan oleh jejaring pengusaha minuman yang berupaya menghegemoni ekonomi daerah dan membodohi masyarkaat melalui minuman keras (miras). Anehnya semua ini dibiarkan oleh para elit di daerah tersebut.

Mentalitas kedua yang perlu dirubah dari masyarakat TTS adalah mentalitas prakmatis dan tidak mau bekerja keras. Bagi saya mentalitas ini terbangun bukan karena orang timor itu malas, tetapi karena pengaruh mentalitas mabok. Mengapa karena miras seperti ekstasi membuat orang berpikir selalu bahagia walaupun hidup di atas kondisi yang secara normal dikatakan miskin dan gizi buruk. Disini alam yang menantang tidak mempengaruhi masyarakat untuk bekerja keras seperti bangsa atau masyarakta istael yang hidup di wiayah gersangan melahirkan mentalitas kerja keras sehingga menghasilkan masyarakat yang maju. Mentalitas prakmatis inilah yang melahirkan sikap prkamatis dari masyarakat TTS untuk hidup bersandar pada bantuan BLT, PKH atau bantuan lainnya, bahkan inilah yang menjadi penyebab masyarkaat TTS menjadi masyarkaat transaksional, dan gemar dalam melakukan politik transaksional memasuki masa politik.

Mentalitas ketiga yang perlu dibenahi dari masyarkaat TTS adalah hidup sehat. Mentalitas ini hemat saya muncul dari keterbelakangan berpikir oleh karena pendidikan yang rendah dan literasi yang kurang. Mentalitas ini yang menyebabkan masyarkat tidak mau hidup sehat, tidak hati hati dalam mengkonsumsi makanan, tidak peduli terhadap gizi ibu dan anak dan bahkan tidak hidup dalam kerohanian yang elitis.

Dalam proses membenahi proses pembangunan di TTS ini, maka kita butuh pemimpin yang memiliki mentalitas yang baik untuk menghancurkan mentalitas yang jelek pada elit pemerintahan kita, namun tidak hanya itu, kita butuh pula pemimpin yang mampu membenahi persoalan mental masyarakat. artinya jika momentum pilkada ke depan kita gagal memilih pemimpin yang paham persoalan daerah dan gagal pula memiliki pemimpin yang memiliki kemampuan dan kapasitas untuk membenahinya problem mentalitas elit dan masyarakat maka kita akan terlambat membangun daerah kita mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan, dan akan tetap hidup dalam persoalan yang menjadi lingkaran setan kemiskinan dan keterbelakangan kita sendiri dan kita tidak bisa berkontribusi pada proses menikmati Indonesia Emas pada bumi TTS.

 

kunjungi tik tok media halaman8

Komentar